Skip to main content
Monthly Archives

November 2025

NEXT GEN AI 2025 – Day 2 : Focus pada Cyber Security, Governance Data Privasi & Sertifikasi Profesi & Peralatan

Day 2 Summit Next GenAI 2025 sukses diselenggarakan  pada tanggal 28 October 2025 di Hall A1 JIEXPO dengan fokus pada Cyber Security, Governance Data Privasi & Sertifikasi Profesi & Peralatan.

Setelah lagu kebangsaan Indonesia Raya diawali dengan  Opening Remark Chairman ABDI, Dr Rudi Rusdiah MA. Dilanjutkan dengan Keynote Speakers:  Syamsi Hari SE,MM, Ketua BNSP (Badan                                                       National Sertifikasi Profesi) yang membahas isu Sertifikasi Profesi yang sedang digalakkan Pemerintah untuk meningkatkan kompetensi Tenaga Kerja Indonesia kedepan. Khusus Day 2 Summit ini fokus pada sektor SiberSecurity, Pejabat PDP & AI Engineer;  Rektor Universitas Pertahanan, diwakili Marsma TNI Dedy Ghaji Elsyaf MSi,Karo Kerma Humas & Kepala BSSN diwakili Mayjen TNI Bondan Widiawan Skom, MSI berbicara terkait bagaimana memanfaatkan AI untuk meningkatkan pertahanan dan ketahanan siber di NKRI bersama Keynote Syarbeni CSPO (CyberSecurity & Privacy Officer),Huawei Indonesia; drg Rudy Kurniawan, Kepala Pusdatin, Kemen Kesehatan berbicar tentang penerapan Satu Sehat Indonesia dan peranan AI pada Teknologi Kesehatan; Jay Lin (Taiwan), Director, JBL AI DC menugaskan Mr Steve Chou, Sales Manager, Edgecore Networks Corp berbicara terkait teknologi Server, Switch dan Networking products untuk AI Data Center.

Fire Chat Panel Discussion yang sangat dinamis  dengan moderator Dr Rudi Rusdiah MA, ABDI berdiskusi dengan para panellist: Panelist Pertama, Marsma TNI Prof Dr Ir Rudi Gultom, Rektor Nurtanio yang bercerita tentang pengalamannya minggu lalu menjadi panelis bersama para Komandan Siber, Petinggi Militer Negara Asean di Singapura, berdiskusi tentang: (1). Bagaimana konsep Cybersecurity Quadruple Helix dapat memperkuat kerja sama antara Pemerintah, Industri, Akademisi, dan Pengguna (Militer & Masyarakat Sipil) dalam menghadapi ancaman siber yang semakin kompleks, (2). Proposal Sixware Cyber Security Framework (SWCSF) yang diusulkan utk meningkatkan keamanan siber di lingkungan ASEAN, (3). Mengapa Public–Private Partnership dianggap sebagai fondasi utama dalam membangun pertahanan/keamanan siber di era digital saat ini, khususnya di kawasan ASEAN?; (4). Dalam konteks kemajuan teknologi seperti AI, Big Data dan Quantum Computing, bagaimana keseimbangan antara inovasi dan keamanan dapat dijaga melalui kerja sama publik–swasta; 5.  Urgensi pengembangan Regional ASEAN Cyber Defence Framework dan bagaimana tiga pilar utamanya, Policy & Technical Interoperability, Cross-Border Data Exchange, dan Human Capital Development, dapat meningkatkan keamanan siber kolektif kawasan ASEAN?; 

Selanjutnya, Panelist Kedua, Rindy, Ketua Tim Pengawas Kepatuhan Ruang Digital, Kementrian Komdigi yang memang pakar terkait UU PDP dan Pengawasan terhadap pelanggaran PDP membahas isu isu: (1). Pengaturan prinsip 2 dasar Pemrosesan Data Pribadi (ProsDP) pada UU PDP, termasuk keharusan peroleh persetujuan & memastikan tujuan ProsDP yang jelas. Dalam konteks AI yang gunakan big data dalam machine learning, bagaimana memastikan agar Pengumpulan & ProsDP untuk pelatihan AI tetap comply dengan UU PDP? Sebagai Kepala Pengawas Ruang Siber, Bagaimana Trend Pelanggaran UU PDP di Indonesia dari sejak dicanangkan PP PSTE 2019 & UU PDP 2022 ?,  (2). AI yang sering digunakan untuk melakukan profiling atau mengambil keputusan otomatis terhadap individu, misalnya dalam rekrutmen, kredit, atau layanan publik. Bagaimana penerapan prinsip  keadilan dan hak SDP (Subject Data Pribadi) dalam konteks automated decision-making ini sesuai ketentuan UU PDP?, (3).  ⁠Salah satu Prinsip utama UU PDP adalah ProsDP yang harus miliki dasar hukum & tujuan yang spesifik. Sementara pada AI, data sering digunakan untuk eksplorasi dan pengembangan model. Bagaimana Kominfo memandang praktik ini agar tetap sejalan dengan prinsip lawfulness, fairness, and purpose limitation dalam UU PDP, (4) Penerapan pada fase training model AI menggunakan data yang diklaim sudah dianonimkan. Namun secara teknis, beberapa riset menunjukkan data yang teranominisasi masih bisa diidentifikasi kembali. Sejauh mana proses anonimisasi dapat dianggap memenuhi standar perlindungan data pribadi sesuai UU PDP?;  

Selanjutnya Panelist Ketiga, Eko Arieslianto, Kepala Pussertif (Pusat Sertifikasi) Teknologi Keamanan, BSSN membahas: (1). Produk AI apa saja yang sudah tersertifikasi di Pussertif? (2). Peran sertifikasi keamanan siber dan sandi yang dilakukan Pussertif untuk mendukung keamanan siber di Indonesia?; (3).  Pemanfaatan AI di BSSN untuk pengamanan siber saat ini; (4) Apa yang harus dilakukan Pemohon yang ingin mengajukan sertifikasi untuk produk IT; (5)  Dalam menyiapkan dokumen persyaratan, apakah terdapat layanan pendampingan untuk pemohon? Biaya untuk sertifikasi pada BSSN?;  

Last but not least, Panelist Keempat dan Terakhir,  Andrew Wilinata, Manager Huawei Cloud yang menjadi sponsor utama acara ABDI bersama BCA berdiskusi tentang: (1). Langkah praktis yang bisa diambil untuk memperkuat kolaborasi antara Tim Data Protection, Compliance, dan Bisnis dalam mengelola big data enterprise; (2) AI kini banyak digunakan untuk analisis data — bagaimana memastikan data yang dipakai AI baik untuk pelatihan dan inferencing tetap aman dan etis?;  (3). Menyeimbangkan kebutuhan berbagi data enterprise untuk inovasi produk dengan kewajiban menjaga privasi; (4). Membangun budaya kesadaran keamanan data enterprise di antara karyawan non-teknis mengingat banyaknya serangan diawali dengan sosial engineering dan spear phishing.

Day 2 Opening Remark

Banyaknya Keynote Day 2 yang fokus pada Cyber Security, maka Cyber Security menjadi pokok bahasan pada Opening Remark ABDI Day 2 yan diawali dengan Prinsip Proactive Cybersecurity, dimana AI & M/L (Machine Learning) dimanfaatkan untuk melakukan Defense  Predictive Analytics  Beralih dari reaktif (menanggapi serangan, sehingga timbul kerusakan yang masif) menjadi proaktif CyberSecurity melalui prediktif  analytics(Cegah sebelum terjadi) dengan Identifikasi anomali & pola ancaman yang tersembunyi (SIEM – Security Information and Event Management).

I. Machine Learning (M/L) dalam penepan Cybersecurity bermanfaat untuk:

1. Deteksi Anomali: Model M/L  yang dilatih dengan analisis data Network & endpoint secara massif dari SIEM,IDS, Firewall, dapat mengidentifikasi anomaly sekecil apapun, sebagai indikator awal attack /threat (zero-day). Artinya proaktif melakukan continuous 24/7 monitoring & detections memanfaatkan AI, sebelum serangan merusak system.

2. User Behaviour Analytics (UEBA): Membangun baseline user & system behaviour, agar dapat lebih cepat dan dini mendeteksi aktivitas mencurigakan (misalnya lonjakan akses data atau aktivitas login yang mencurigakan dll).

3. Keuntungan: AI dapat membantu mengurangi false positives secara signifikan dibandingkan  deteksi tradisional, & increase response time.

II. Future Security: Generative AI & Agentic AI in Défens e Automation

Menapak Kedepan, maka AI akan didominasi oleh Generative AI saat ini dan dilanjutkan dengan Agentic AI. Dijelaskan secara detail di Buku ABDI 2025 yang soft launching di NextGenAI (DataSecurAI 2025 minggu lalu dan berlanjut dengan Grand Launching di AI Leadership Summit (DataGovAI 2025).

1. Generative AI (GenAI): 1.a. Simulasi & Sandbox menjadi sangat penting pada sebuah Enterprise untuk memastikan terlebih dahulu semua model AI berjalan dengan aman dan memberikan banyak manfaat: Maka dibentuk Red tim (Attack tim) untuk menyerang adversary dan menguji vulnerability dari self attack misalnya melakukan Pentesting.  Sedangkan Blue tim (Defense Tim) juga menggunakan Synthetic Cyber Threat Data yang realistis  untuk menguji pertahanan vs berbagai skenario attack (unknown/new malware) dalam lingkungan aman (security assessment).

1.b. Smart AI Honeypot: Untuk menghasilkan umpan (honeypot) yang tersamar dan secara otomatis  untuk memancing, mengarahkan & menganalisis anomaly, yang cenderung adalah para adversaries/ hackers. Peranan AI Honeypot ini juga untuk merubah arah serangan DDOS ke Honeypot, sehingga mengamankan Firewall dan Access Control.

2. Agentic AI (AI Agents):

2. a. Respons & Recovery Otomatis: Agen AI lakukan investigasi, batasi, & mitigasi insiden otonom dengan kecepatan mesin otomatis, lampaui kemampuan manusia (isolasi endpoint yang terinfeksi & terapkan patch otonom).

2.b. Threat Hunting Otonom: Agen AI, lebih handal dari manusia dapat secara  continuous 7/24 menjelajahi  dan mengawasi jaringan,  mencari Indicators of Compromise/IoC) otonom (tanpa intervensi manusia), menjalankan queries & analisis seluruh infrastruktur/ system. Ini sangat penting untuk melakukan Deteksi Dini secara cepat dan tanggap, prinsip utama dari Proaktif Cyber Security

3. Visi: Agentik AI Menciptakan “Loop Pertahanan Otonom”  melakukan deteksi, analisis, & respons secara continuous terus menerus nonstop 24/7 & Real-Time Detection), meminimalisir hacker dalam melakukan  lateral movement & insider threat melakukan serangan.

Vulnerability BlackBox Model AI

Dalam menerapkan Tata Kelola AI, salah satu masalah penting transparasi AI sebagai Black-box (B/B). Terkadang miliki algoritma yang kompleks dan data pelatihan yang besar dan kadang tidak transparan kepada pengguna. Disini tata kelola perlu diterapkan bagi Blackbox (B/B) AI untuk mengurangi vulnerabilitynya antara lain:

B/B AI:  Cara kerja Internal AI Model atau System  terkadang sangat Complex, sehingga yang diketahui hanya input dan output prompt nya saja, sehingga  sangat sulit untuk memahami cara kerja sebuah Black box AI, sehingga kemungkinan ada bias, masalah penggunaan data anonym sangat sulit dipahami/ dijelaskan dari luar blackbox, hanya dapat diamati input & outputnya.

B/B Deep Learning (D/L): Cara Berpikir M/L atau D/L dalam melakukan kognitif atau learning yang misterius. Jika model & datanya  kurang transparan, maka timbul masalah Trust, Akuntabilitas menjurus kearah etika AI.

B/B  LLM: Model AI dengan Data Pelatihan dalam jumlah besar, sering kali tidak jelas termasuk bobot internal, serta parameter dari algoritma.

Contoh Potensi  Problem Etika dari sebuah Blackbox AI sebagai berikut:  

a) Bias AI akibat algoritma dan data berpotensi tidak adil misalnya menjurus ke SARA 

b) Transparansi & akuntabilitas: Tingkat transparansi B/B yang rendah membuat pengguna sulit memahami & mengawasi proses Training atau pun inferensing model AI yang sudah ditraining.

(c) Fleksibilitas model untuk use case yang serupa, tapi bisa berbeda, maka aturan & parameter model AI harus fleksibel dan dapat  disesuaikan dari awal, namun terkadang sulit & membutuhkan waktu proses adjustment/ perubahannya..                                  

(d).  Validitas Output & Keputusan sebuah B/B AI sering kali sulit di uji, di validasi & di replikasi. ICT Minister Singapore memiliki tools untuk menguji B/B AI : AI Verify.

(e). Security vulnerability dari B/B AI, dimana hackers dapat memasukkan data Input/prompt untuk mengacaukan system atau mencuri data atau mempengaruhi B/B dengan memasukkan data disebut Prompt Poisoning. Semacam SQL Injection pada DataBase SQL

BIAS pada model Black Box AI

AI Bias: Menjadi Risiko yang cukup rentan, dimana Process Inferensing hasilkan keputusan AI dari data training, algorithma, yg tidak adil, diskriminasi & stereotype

Contoh AI Bias:

  1. Sampling Bias: Training Data tidak mewakili populasi target, kinerja prediksi yang bias terhadap kelompok tertentu. Contoh: Face Recognition yg dilatih  dengan data orang asing , bias terhadap data local etnis lain.
  2. Algoritma Bias: Algoritma memberikan bobot lebih besar pada atribut tertentu, sehingga keputusan nya tidak adil terhadap atribut atau kelompok tertentu. Contoh: Algoritma prioritaskan atribut usia atau jenis kelamin, sehingga proses perekruitannya bias terhadap usia tertentu dan jenis kelamin tertentu.
  3. Representation Bias: Sekumpulan (Agregat) data yang tidak akurat mewakili sebuah populasi model data, sehingga prediksinya tidak akan akurat atau terkadang bias terhadap kelompok minoritas. Contoh: Kumpulan data medis kurang mewakili perempuan, menyebabkan diagnostic pasien wanita kurang akurat. Bisa juga pada data gambar atau Teks sintetis.
  4. Confirmation Bias: Jika AI terlalu tergantung pada keyakinan atau trend data  yang sudah ada, menyebabkan terbentuknya existing belief atau pengguna sudah apriori terhadap keyakinan yang lain. Misalnyam Jika algoritma AI pada proses training majoritas laki2 , maka algoritma tsb akan utamakan laki2
  5. Measurement Bias: Jika akurasi data bervariasi diantara kelompok populasi. Contoh Model AI menggunakan biaya perawatan kesehatan sebagai proxy/ standar identifikasi pasien beresiko yang mengalami kondisi serius, namun hubungan antar biaya dan ras pasien kulit hitam cenderung memiliki biaya medis yang lebih rendah mengakibat hambatan akses bagi kelompok ras kulit hitam / kelompok miskin.
  6. Interaction Bias:  Sistem AI berinteraksi dengan manusia secara bias, sehingga terjadi pelakuan tidak adil. Chatbot merespons pria & wanita secara berbeda,  akibatkan komunikasi atau pelatihan kebiasaan yang bias

Benchmarking dengan Regulasi di Berbagai Negara Global yang mendorong AI

A. Indonesia memiliki beberapa pedoman/regulasi/peraturan terkait implementasi AI: 

1. Stranas KA (Strategi Nasional KA 2020-2045:

(a). 4 Area Fokus: Etika dan Kebijakan. Pengembangan Talenta.  Infrastruktur dan Data. Riset & Inovasi Industri; 

(b). 5 (lima) bidang prioritas sukseskan misi Stranas AI: 1.Layanan Kesehatan; 2. Reformasi Birokrasi; 3. Pendidikan & Riset; 4. Ketahanan Pangan; 5. Mobilitas & SmartCity.             

c. Nilai2 Etika AI: (1)Berorientasi pada manusia sebagai pengawas, kekokohan & keamanan,tata kelola data & privasi, transparansi; (2) Kesejahteraan sosial & lingkungan, keanekaragaman,non-diskrimina-si, & keadilan); (3) Bernafaskan nilai2 Pancasila. (4). Andal, aman & terbuka, akuntabel; (4)  Sinergitas antara pemangku kepentingan; (5) Penerapan asas2 UU No.11/ 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan & Teknologi. 

2. SE MenKominfo No 9 /2023 tentang Etika KA:  Mengikuti EU AI Acts: Jalankan SafeGuard dengan 4 kategori Aspek Risiko Implement AI: (1). Resiko tidak dapat diterima; (2) Risiko Tinggi; (3) Risiko Minimal/ Rendah. 

(a). Sebagai pedoman etika dalam:  1). Membuat & rumuskan kebijakan internal perusahaan, penyelenggara sistem elektronik (PSE) lingkup publik & lingkup privat mengenai data & etika internal AI.;)2. Pelaksanaan konsultasi, analisis, & pemrograman berbasis AI sesuai  ketentuan UU.

b. Tujuan SE Menteri : Berikan acuan nilai & prinsip etika bagi pelaku usaha, PSE (penyelenggara sistem elektronik) lingkup publik, & PSE lingkup privat yang miliki aktivitas pemrograman berbasis AI.                                         

c. SE Menteri:(1).Penyelenggara kemampuan AI cakup kegiatan konsultasi, analisis,& pemrograman. Penggunaan teknologi AItermasuk dalam subset M/L, Natural language Processing (NLP), expert system, deep learning, robotics, neural networks, dan subset lainnya;     (2). Penyelenggaraan teknologi AI perhatikan nilai Etika:   1) Inklusivitas (2) Kemanusiaan 3) Keamanan 4) Aksesibilitas 5) Transparansi 6) Kredibilitas dan Akuntabilitas 7) Pelindungan Data Pribadi 8) Pembangunan dan Lingkungan Berkelanjutan 9) Kekayaan Intelektual;                                                      (3). Pelaksanaan dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan AI. 

3. OJK & Asosiasi Fintech terbitkan:  Panduan Kode Etik AI yang Bertanggung Jawab & Terpercaya di Industri Fintech dalam rangka mitigasi risiko & optimalkan AI di industri fintech

Memenuhi prinsip2: 1. Berasaskan Pancasila, 2. bermanfaat, 3. wajar & akuntabel); 4. transparan & explicable) dll.

PERLINDUNGAN DATA PRIBADI

UU PDP No 27/ 2022 -17 Oct 2022 (Adopted from EU GDPR 27/04/2016 berlaku 25 May 2018

Data Pribadi (DP) adalah data orang perseorangan yang teridentifikasi atau dapat di indentifikasi secara sendiri atau dikombinasi dengan informasi lainnya secara langsung atau tidak langsung. Data Pribadi a.k.a PII (Personal Identifiable Information). Contoh: NIK: Nomor Induk Kependudukan; KTP – Kartu Tanda Penduduk 16 digit berlaku seumur hidup;  Data Pribadi yang bersifat spesifik (data biometric, genetika, catatan criminal, data anak/keluarga, data keuangan pribadi; dll.  Data Pribadi yang bersifat umum: Nama; Jenis Kelamin; Warga Negara; Agama, Status Nikah.

Subject Data Pribadi (SDP) adalah orang perseorangan yang pada dirinya melekat DP – UU PDP Pasal 1(1).  

SANGSI PELANGGARAN

Potensi Pelanggaran yang terjadi di Indonesia sejak ada PP PSTE dan UU PDP:

Daftar Negara yang Mandatory (Keharusan) Appointment of DPO

Catatan: Data Protection Officer (DPO) – Pejabat Pelaksana Pelindungan Data Pribadi (PPDP)

Pada Pasal 53 & 54 dari  UU PDP disebut bahwa DC wajib tunjuk Pejabat /Petugas Pelaksana Fungsi PDP.   

Pada Pasal 57 UU PDP: Sangsi Administratif jika ada pelanggaran .

Pasal 37 GDPR, penunjukan DPO oleh DC keharusan:   Otoritas publik: Wajib menunjuk DPO.

UU PDP di Tiongkok:  Personal Information Protection Law (PIPL) efektif tanggal 1 Nov 2021

UU PDP Tiongkok: Data Protection Authority(DPA) Cyberspace Administration of China/CAC (namun di Indonesia belum punya Lembaga PDP nay (DPA)

Pada Acara Day 2 diadakan Acara Soft Launching Book Day 2 – 30 Oct 2025 di JI Expo Hall A1

Soft book launching Day 2 – 30 Oct 2025 – ABDI book 2025

Closing Ceremony with ABDI & Micronics Group

NEXT GEN AI 2025 Fokus: Teknologi, Road Map AI, Big Data  & Satu Data Indonesia

ABDI sukses menyelenggarakan Day 1 Summit Next GenAI 2025 dengan tema DataSecurAI 2025; Satu Data Indonesia (SDI) 2025; & GovTechAI 2025 pada tanggal 28 October 2025 di Hall A1 JIEXPO. Seperti yang sudah sudah, banyak pembicara high level Pemerintah dan Enterprise yang hadir antara lain:  MC mengawali dengan memperingati Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 October 2025 sebelum menyanyikan lagu Indonesia Raya.  Hampir seabad, tepatnya 97 tahun yang lalu, pemuda-pemudi dari seluruh penjuru nusantara berikrar untuk Satu Visi: Satu Tanah Air, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa. Mereka para founder bangsa ini adalah innovator dan disruptor pada zamannya, yang berani memimpikan sebuah Indonesia yang bersatu sebagai harga mati.

Kini, semangat itu terus kita warisi dalam Summit ini pada era Digital dan AI. Di era digital ini, kita adalah pemuda-pemudi masa kini yang memegang obor estafet Sumpah Pemuda. Jika dulu mereka bersatu untuk kemerdekaan politik, kini tugas kita adalah bersatu untuk kedaulatan data, kemandirian teknologi, dan kemajuan AI bagi bangsa.

Mari kita jadikan semangat Sumpah Pemuda sebagai api yang membakar inovasi kita di summit ini.

Untuk mengawali acara dengan penuh semangat kebangsaan dan menghormati jasa para Pahlawan dan Pemuda Indonesia, kita berdiri dengan sikap hormat dan bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan, Indonesia Raya. Begitu prosesi mengawali Opening Remark Chairman ABDI.

Dilanjutkan dengan Keynote Speakers: Dr Ir Ismail, Sekjen Kementrian Komdigi diwakili oleh Bapak Oki Suryo-wahono, Kepala Pusat Kebijjakan Strategis, KemenKomdigi berbicara mengenai Road Map AI dan bagaimana Komdigi mengatur dan mendorong Emerging Technologies seperti AI, Data Science, CyberSecurity, Data Infrastructure (Data Center & Clouds), Crypto  hingga Quantum Computing; Dini Maghfirra, Executive Director Satu Data Indonesia (SDI) membahas bagaimana status Data Integrity dan Data Interopability sehingga dapat dimanfaatkan oleh AI; Ibu Filianingsih Hendarta, Deputi Gubernur, Bank Indonesia membahas mengenai digital transformasi di BI dan dunia Finasial serta QRIS yang Go Global; Keynote Bapak Armand Hartono, diwakili oleh Bapak Ferdinan Marlin, SVP BCA sebagai Pendukung Utama dan Sponsor utama Event ABDI  sejak 2019 membahas mengenai  aplikasi LLM dan Agentic AI didunia Perbankan; Keynote Dr Pratama Persadha, Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSREC membahas Kedaulatan Data & AI serta Peranan Lembaga PDP dan Pejabat PDP.; Dilanjutkan dengan Keynote  Bapak Arief Pribadi, Technical Director, Nutanix Indonesia. Dan Keynote Bapak Fardy Umar, Solusi Architect, Dell Indonesia memberi solusi Infrastruktur AI, GPU Server untuk menunjang AI.

Panel Discussion Day 1 dengan moderator Dr Rudi Rusdiah MA dari ABDI bersama 4 panelist: Suwardiman S.Kom., M.Kom – Founder & CEO 28byte (PT INDOBYTE SOLUSI DIGITAL TEKNOLOGI);  Adhitya Bhaswara, Ph.d – VP Data Management Bank Central Asia; Sahdam Husen – Sr Sytem Engineer Nutanix Indonesia; Fardy Umar – Solution Architect Dell Technologies

Dilanjutkan pada sesi Panel Discussion oleh Panelist Pertama,  Adhitya Bhaswara, VP Data Manajemen, Bank BCA  berbicara tentang: (1). Bagaimana sektor Perbankan menerapkan AI Governance & bagaimana positioning AI Security di dalam AI Governance?, (2). Agentic AI, bagaimana perkembangan dan penggunaan framework ini di sektor perbankan?, (3)  Trend dalam penerapan AI di perbankan Indonesia 3 tahun kedepan?;  Dilanjutkan oleh pak Sahdam Husen juga dari Nutanix membahas terkait:;   (1) Orgranisasi yang sudah memiliki bisnis use case & berrencana untuk membangun AI solution, dari manakah mereka bisa memulai nya?, (2) Solusi apa yang ditawarkan Nutanix untuk mendukung inisiatif Business AI ?; (3) Paket atau layanan apa saja yang tersedia dari Nutanix untuk AI?, (4). Bagaimana Nutanix menjaga keamanan data dalam lingkungan AI dan multi-cloud?  Penerapan LLM & Agentic AI memanfaatkan teknologi KeynoteNutanix; dilanjutkan oleh pak Sahdam Husen juga dari Nutanix ; Bapak Fardy Umar, Solusi Architect, Dell Indonesia diskusi tentang: (1)  Apa tantangan yang biasa ditemukan saat memulai journey AI, khusus nya pov Infra, (2).Sepenting apa persiapan data (Data Preparation) saat memulai journey AI, (3).  Bagaimana tantangan security dalam penerapan AI, (4).  Saat sudah beroperasi dengan baik, apakah ada tantangan selanjutnya dalam pengelolaan?; Last but not least, Panelist  Bapak Suwardiman, Founder & CEO PT Indobyte Solusi Digital berbicara tentang: (1).Bagaimana pengalaman sebagai CEO Indobyte28  membangun AI Agents di Indonesia, dan bagaimana peran proyek seperti Smart Road Pengawas Kerusakan Jalan Berbasis AI dan Smart Utility E-Trike dalam konteks tersebut?, (2). Bagaimana memandang aspek etika dalam pengembangan AI di Indonesia, khususnya untuk sistem generatif dan otonom seperti Smart Road Pengawas Kerusakan Jalan Berbasis AI ini?, (3). Generative AI banyak membuat data sintetik, teks & gambar, namun Indobyte membawa konsep AI ke ranah fisik. Bagaimana cara membangun integrasi AI generatif dengan sistem dunia nyata (ABDI menyebutnya physical AI) ?, (4) Kolaborasi antar industri dan pemerintah dalam memperkuat ekosistem AI yang beretika dan berdampak nyata?

Day 1 Opening Remark ABDI

Opening Remak ABDI menjelaskan mengenai bagaimana masifnya perkembangan Big Data, yang dilanjutkan secara ekponensial oleh Synthetic data yang dihasilkan mulai dari LLM AI & Generative AI yang semakin massif.

Phase 1 era Big Data:  Melihat Pertumbuhan Volume Data di Dunia & Indonesia pada Era Big Data(2010-2023) sebagai berikut: 

• 2010: Total data digital global ≈ 2 zettabyte (ZB)

• 2020: Volume Data digital yang dibuat oleh manusia naik sangat tajam menadi sekitar 64 ZB artinya dalam 15 tahun sejak 2010, volume data pada era Big Data naik 90 kali. 

Di Indonesia: Volume Big Data 2023 lebih dari 20 ExaByte (EB) pertahun , tumbuh rata rata 25-30%  pertahun (Pertumbuhan Data di Indonesia lebih tinggi dari pertumbuhan  PDB Indonesia). Volume Big Data 2025 (diperkirakan IDC) mencapai 175 ZB.

Namun memasuki era AI, pada tahan II LLM AI pertumbuhan data semakin meningkat pesat dibandingkan era Big Data, karena adanya Data Synthetic yang diproduksi oleh Mesin AI seperti ChatGPT, Gemini & DeepSeek.

Phase 2 era AI: Estimasi Pertumbuhan Volume Data Global & Indonesia era AI (2020-2030): Synthetic data (teks, gambar, audio, simulasi, digital twin) akan capai 60–70% total data baru pada 2030 (Gartner).  Diperkirakan bahwa jumlah Volume Synthetic Data yang dihasilkan oleh Mesin AI melebihi volume Data Digital  yang dihasilkan oleh manusia, sehingga pada Day 2 ketika berbicara mengenai Governance (Tata Kelola) akan melihat juga sisi negative dari perkembangan Data Synthetic yang luar biasa ini.

Melihat Sejarah perkembangan AI mulai dari era IT (Information Technology):

Transformasi digital: Pada tahap ini, Mesin atau disebut Komputer menjalankan Robotics Process Automation (RPA) focus pada IT automation,  menjalankan Tugas Repetitive & alur kerja yang monoton alias di Programable. Jadi pada tahap ini tidak ada hasil atau output yang baru atau unik yang dihasilkan oleh Proses RPA atau Komputer, disebut Era IT & Software(S/W) Programming, beberapa aplikasi RPA misalnya robotic di sebuah Pabrik misalnya PT Astra Honda Motor  atau berbagai aplikasi S/W perkantoran seperti General Ledger/ Accounting.

Bagaimana hubungan antara Big Data & AI, analoginya seperti pada gambar sebuah mobil 

Generasi (Gen) I: Tahap ini disebut Tradisional AI dikenal sebagai Narrow AI atau Specific AI. AI lahir pada tahun 1956 & sejak lahir hingga tahun 2000 mengalami AI Winter, dimana AI tidak bisa tumbuh karena tidak tersedianya Big Data dan kurangnya processing power (CPU) hingga tahun 2000. Sejak tahun 2000 AI mulai tumbuh dan berkembang pesat disebut sebagai AI Summer (2000-2015).  Dengan algoritma Rule based & Symbolic Logic, AI memberikan manfaat dalam kategori Narrow & Specific, mulai dengan M/L (Machine Learning)  pada aplikasi khusus/ spesifik misalnya Deteksi anomali penipuan diPerbankan. NLP (Natural Language Processing) Chatbot AI seperti Manusia masih berkomunikasi dengan keywords & format khusus. Munculnya Aplikasi khusus AI yang digunakan misalnya Gojek/ Bluebird dan banyak enterprise seperti ecommerce, perbankan, sosial media antara lain Meta, Microsoft & Google memanfaatkan traditional / Narrow AI.

Generasi II AI: LLM & GPT 2015-2025: Dimulainya  D/L (Deep Learning) memanfaatkan data pelatihan dengan volume yang sangat massif, menghasilkan Generative AI (GenAI): Pada tahap ini, Mesin AI mulai mampu Generate Content2 baru & mulai berkembang sangat pesatnya Synthetic Data yang luar biasa masif. Dari input token (teks, image, audio) dalam jumlah besar (LLM)tersebut, dihasilkan output token oleh Model AI seperti ChatGPT, Gemini, DeepSeek, disebut oleh Jensen Huang sebagai Personal Assistant /Tutor yang mendunia. Pada tahap ini AI dapat berkomunikasi bebas dengan manusia seperti diskusi antar manusia dalam berbagai Bahasa. Sehingga muncul mesin AI Translation yang dapat berkomunikasi menterjemahkan secara real time dengan manusia dalam banyak Bahasa misalnya Jawa, Bahasa Indonesia dan lain lain. Google Translate mendukung 110 lebih bahasa dalam versi webnya, dengan aplikasi selulernya mendukung 249 bahasa. Jumlah bahasa yang tersedia terus berkembang, termasuk bahasa-bahasa daerah di Indonesia seperti Aceh, Batawi, dan Minang.

Generasi III Agentic AI 2025-2030:  AI dapat berfungsi sebagai Agent yang dapat  membuat Keputusan/ Action yang otonom dan mandiri. Disebuah pabrik, AI Agent ini dapat berfungsi sebagai pekerja pabrik atau mengerjakan suatu proyek mandiri bersama manusia, sehingga nantinya akan ada eHRD (Human Resource Development) khusus menangani AI Agent ini seperti HRD untuk manusia.  AI menjadi semakin Smart dan Otonom Personal Assistant, dapat berkolaborasi antar Agent atau Manusia. Autonomous Vehicles termasuk golongan AI Agent yang lebih canggih dan otonom membantu manusia menjalankan EV (electronics vehicle). Agentic AI diperkirakan akan tumbuh pesat di Asia Pacific mencapai Rp 520 T(2028) dan didukung oleh Platform serta  Infrastruktur misalnya Accelerate Computing atau HPC ( High Performance Computing) senilai Rp 487T, dimulai 2025 hingga 2027.

 Generasi IV: Era Physical AI dimana AI memiliki fisik atau bentuk apakah meniru sebagai bentuk manusia alias humanoid atau seekor anjing (Robodog AI), ketika meniru bentuk manusia dikenal dengan Embodied AI atau Humanoid Robot yang mulai memiliki  Environment Awareness (Virtual AI) bukan saja memiliki perseksi seperti pada tahap Persepsi AI pada tahap Gen I.   Perkembangan selanjutnya semakin sulit diprediksi ketika AI berkembang dari Narrow AI (Gen I) menuju ke  AGI(General AI GenIII & IV) hingga ASI(Super AI Humanoid) ketika AI mencapai suatu kondisi yang disebut Age of Singularity (atau AI sudah berkemampuan melebihi manusia ? Apakah kita akan mencapai tahap Singularity ini dalam 15-30 tahun kedepan atau entah kapan seperti dalam film Sci Fi seperti The Terminator misalnya. Que Sera Sera. What will be, will be 

Geopolitic : Singapore Quantum &Taiwan GPU è Strategy bangun AI SuperComputer

Bagaimana Geopolitik Perang dominasi Teknologi pada ranah Accelerating Computing HPC antara Singapura dan Taiwan. Pertanyaanya, bagaimana dengan Indonesia dan negara Asean lainnya, dimana Malaysia juga sudah mulai mengejar ketinggalannya dengan Singapura.

Peranan Teknologi Infrastruktur HPC (High Performance Computing) atau ACP (Accelerating Computing Power) sangat dibutuhkan untuk mendukung Evolusi Generative AI, khususnya  ACP membangun SuperComputer mendukung Revolusi AI.

Strategi Singapura dengan mengembangkan Quantum Computing untuk melakukan leapfrog dengan dana R&D yang sangat besar untuk riset Quantum Computing.  MAS (Monetary Authority Singapura) alias OJK nya Singapura memberikan grant besar untuk riset Quantum, karena memprediksi ancaman Quantum Computing yang pasti akan mengancam Encryption seperti RSA AES yang digunakan dunia Perbankan untuk melindungi Data Financial, apalagi Blockchain dan Crypto (graphy).

Meski Taiwan juga tetap waspada mengikuti Quantum Computing, namun strategi Taiwan tetap konsisten fokus pada Industri Manufacture IT & AI Chip (TSMC) yang memang terbesar didunia, menggunakan teknologi khusus dari ASML, perusahaan multinasional Belanda yang merupakan produsen terkemuka dan satu-satunya pemasok mesin fotolitografi ultraviolet ekstrem (EUV) canggih yang sangat penting untuk produksi mikrochip modern. Hanya dengan fotolitografi EUV dari ASML yang membuat pabrik chip dunia seperti TSMC atau Samsung membuat chip super micro dengan ukuran 5 nm (5 nanometer). Dalam geopolitik AS & China, maka AS melarang (banned) ekspor teknologi AI Nvidia ke China dan juga melarang ekspor produk foto litografi EUV ke China, sehingga China membalas dengan melarang ekspor Rare Earth Mineral (REM) dari China ke AS, dimana REM ini digunakan sebagai bahan penting produksi chipset AI dan persenjataan canggih antara lain rudal, pesawat siluman dll . Tit for Tat istilahnya.

 TSMC mengajak Jensen Huang CEO  NVIDIA membangun HPC Super Chip /Computer & AI Factory, dng strategi menjual GPU keseluruh dunia, kecuali Tiongkok untuk mendukung Revolusi AI. China sendiri harus mengembangkan atau reverse engineering mesin foto litografi dan menggunakan perusahaan ASCEND Huawei untuk mengembangkan chipset AI nya menggantikan produk NVIDIA yang di banned oleh AS.   Yang kontroversial adalah Belanda menutup perusahaan Nexperia, milik China namun tanpa disadari perusahaan Nexperia ini memproduksi chipset untuk industry mobil dan high-tech Eropa, sehingga membuat chaos supply chain chipset di EU.

Strategi Indonesia mendorong Stranas AI & Road Map AI) & Majoritas Asean membangun dan sebagai Pengguna Aplikasi AI Gen 2 LLM & Agentic AI buatan NVIDIA ini serta membangun kedaulatan AI Data Centre (DC) di NKRI, sehingga tidak perlu memproses AI di luar negeri. Banyak sekali perusahaan DC dari AS yang masuk ke Indonesia seperti AWS, Google, Microsoft dll.             

Strategi Nvidia: Berkolaborasi dengan SoftBank, Japan membangun AI DC Global. Berkolaborasi dengan Lintas Arta mendorong GPU Merdeka, Juga dengan Meta, Microsoft Azure, AWS menginvestasi GPU SuperChip/ Supercomputer, sedangkan Google mengembangkan processornya sendiri yaitu TPU menggunakan pabrik TSMC untuk proses manufacturing chipset seperti halnya NVIDIA.

Future Data Center (DC) dengan GPU (HPC) hasilkan AI Token

Mari kita benchmarking DC yang investasi CPU Server  vs. DC yang investasi  GPU Server di era AI:

Pertama, sebuah DC konvensional dengan CPU investasi $10 juta dan memperoleh  960 CPU Server, yang dapat digunakan untuk memproses & melatih hanya 1 unit output LLM AI, namun membutuh enerji sebesar 11 GWh.

Kedua, sebuah AI DC menggunakan GPU investasi $10 juta dan memperoleh 48 GPU Server, yang dapat  menghasilkan 44 unit LLM AI, artinya dibandingkan dengan DC Konvensional, maka kinerja AI DC dengan GPU memiliki kinerja 44 X (4400%) dibandingkan DC konvensional dan menggunakan enerji sebesar 3.2 GWh

Itulah sebabnya untuk DC masa depan, merupakan sebuah keniscayaan untuk investasi GPU Server menggantikan CPU Server.  Alasan Jensen: Kita berada di garis depan transformasi menuju AI Data Center dengan GPU, Generative LLM  AI, Agentic AI & Accelerating Computing (ACC) atau HPC (High Perfornance Computing.

Perhitungan yang lain: (1). Jika sebuah AI DC dengan GPU Server  mengkonsumsi Power DC 11 GWph (V2) oleh 172 GPU, maka akan menghasilkan 150 unit LLM AI dengan investasi $34 juta;  (2). Jika sebuah AI DC dengan GPU Server harus menghasilkan output 1 LLM AI, maka hanya  dibutuh kan investasi $400,000 memperoleh 2 GPU dan menggunakan enerji hanya 0.13GWh (sangat hemat). 

Sebuah AI Data Center dalam sebuah container sehingga sangat mobile dan dapat dipindahkan dengan mudah, namun harus disiapkan fasilitas listriknya dan lokasinya.

NVIDIA Raksasa GraceHopper GH200 SuperComputer dengan AI DC on Chip

Sebuah Nvidia GraceHopper GB200 Superchip memiliki 200 Miliar transistors, plus 1 TB ECC memory, harga dari satu SuperChip GB200 ini  fantastis $ 35,000  atau Rp 500 juta/unit chip direlis tahun  2024. Saat ini tentu  sudah komersial dan full production, menciptakan sebuah AI Factory on a Chip (bukan lagi on a DC or on a PC); Grace Hopper GH200 ini mampu melakukan komputasi  LLM AI inference dengan 60 miliar parameter, artinya sangat massif untuk digunakan ChatGPT, Deepseek, sedangkan Google memanfaatkan TPU (Tensor Processing Unit), karena sudah tidak mungkin di proses dengan CPU tercanggih saat ini.

Sebuah Nvidia DGX GH200 Super Computer Server dapat menampung 256 SuperChip GB200), sehingga processing power nya dapat mencapai 1 ExaFLOPS, setara perhitungan system komputasi dari sebuah SuperKomp tercepat di dunia seperti CRAY, IBM  & China SuperComputer misalnya  untuk  melakukan processing masif Deep Learning (D/L) dengan  miliaran token & parameter. NVIDIA DGX GH200 merupakan HPC (High Performance Computing), sebuah last frontier dari Revolusi AI didunia saat ini menunggu hadirnya Quantum Computer yang belum ready commercial seperti GPU.    

Meta & Microsoft dan banyak raksasa seperti Palentir Technology sudah memesan Monster Grace Hopper DGX GH200 ini untuk AI DC / Factory mereka. Google memilih tidak menggunakan NVIDIA, namun mengembangkan sendiri Processor TPU (Tensor Processing Unit) juga memanfaatkan pabrik chipset yang sama dengan NVIDIA, yaitu TSMC, Taiwan. Mungkin khawatir ketergantungan dan dominasi NVIDIA GPU, Google membuat GPU sendiri dengan TSMC, dikenal dengan nama TPU bersaing dengan NVIDIA GPU

Negara2 berlomba lomba mencapai processing 1 ExaFLOPS transformer engine dengan berbagai model Super Computer, GPU Server & Quantum.  

Day 1 Summit juga menggelar Opening Ceremony Day 1 dan Soft Book Launching Day 1 di JI Expo Hall 1A.

Opening Ceremony Day 1 bersama Komdigi, Direktur TVRI, Bank BCA, Dell Indonesia, Nutanix, Indobyte28, Bapak Abraham, SimplyWellness, Ketum Mastel dan rekan rekan dari komunitas dan pakar ABDI.

Soft launching Buku ABDI Day 1 bersama para Penulis Day 1 onsite di JI Expo & online bagi peserta dari luar negeri.

Panel Discussion Day 1 dengan moderator Dr Rudi Rusdiah MA dari ABDI bersama 4 panelist: Suwardiman S.Kom., M.Kom – Founder & CEO 28byte (PT INDOBYTE SOLUSI DIGITAL TEKNOLOGI);  Adhitya Bhaswara, Ph.d – VP Data Management Bank Central Asia; Sahdam Husen – Sr Sytem Engineer Nutanix Indonesia; Fardy Umar – Solution Architect Dell Technologies.

“Secure, Trusted Relevant Data Set with AI Factory Infrastructure: Entering AI Revolution Gen AI, Agentic AI & Physical Robotics AI”

Jakarta, 30 Oktober 2025 – Hari kedua NextGen AI Summit & Expo 2025 kembali menjadi pusat perhatian komunitas teknologi, industri, dan pemerintahan dengan menghadirkan pembicara-pembicara nasional yang membahas arah penguatan keamanan siber, pengembangan teknologi kecerdasan buatan, serta penguatan tata kelola data nasional. Acara ini merupakan kelanjutan dari komitmen Asosiasi Big Data & AI (ABDI) untuk memperkuat AI Factory Infrastructure sebagai fondasi menuju era trusted and secure AI ecosystem di Indonesia.

Acara dibuka oleh MC Rica Yuliana dan diawali dengan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”. Sambutan pembuka disampaikan oleh Dr. Rudi Rusdiah, BE., MA., selaku Ketua Umum ABDI, yang menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah, akademisi, dan industri dalam memperkuat transformasi digital berbasis AI yang beretika dan aman.

Rangkaian High Level Keynote pertama disampaikan oleh Syamsi Hari, S.E., M.M., Ketua Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), yang menyoroti pentingnya sertifikasi dan peningkatan kompetensi SDM dalam bidang kecerdasan buatan dan keamanan digital. Dilanjutkan oleh Marsma TNI Dedy Ghazi Elsyaf, S.IP., M. Si., CIPA., CRGP, Kepala Biro Perencanaan, Kerjasama dan Hubungan Masyarakat Unhan RI (Karorenkermahumas Unhan RI), Mewakili Letjen TNI (Purn) Dr. Anton Nugroho, MMDS., MA., Rektor Universitas Pertahanan Republik Indonesia, yang menekankan pentingnya kesiapsiagaan nasional dalam menghadapi ancaman siber di era transformasi digital.

Paparan berikutnya datang dari Mayor Jenderal TNI Bondan Widiawan, S.Kom.,M.Si, Deputi II Bidang Operasi Keamanan Siber Dan Sandi (BSSN), Mewakili Letjen TNI (Purn) Drs. Nugroho Sulistyo Budi, M.M., M.Han., Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), yang mengupas strategi pemerintah dalam memperkuat infrastruktur keamanan siber nasional melalui integrasi kebijakan dan kolaborasi lintas sektor. Setelah itu, acara berlanjut dengan Opening Ceremony Summit DataSecurAI yang disiarkan oleh TVRI.

Momentum penting hari kedua ditandai dengan Soft Launching Buku ABDI 2025, sebagai tindak lanjut dari kolaborasi dan inisiatif literasi digital nasional yang digagas ABDI bersama berbagai mitra industri dan pemerintah.

Rangkaian High Level Keynote berikutnya menghadirkan pembicara internasional dan nasional dari sektor teknologi dan industri, yaitu Syarbeni, Cyber Security and Privacy Officer (CSPO) Huawei Indonesia; Setiaji, S.T., M.Si., Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; Jay Lin, Executive Director Jagat Bali Lestari (JBL); dan Steve Chou, Sales Manager Edgecore Networks Corporation. Para pembicara menyoroti isu-isu penting seperti keamanan privasi data, transformasi layanan publik berbasis AI, hingga penerapan network intelligence untuk mendukung keberlanjutan ekonomi digital Indonesia.

Sesi diskusi dan tanya jawab dipandu oleh moderator Dr. Rudi Rusdiah, BE.,MA dengan menghadirkan narasumber Prof. Dr. Ir. Rudy Agus Gemilang Gultom, M.Sc. CEH., CIQaR., IPM., ASEAN Eng dari Universitas Nurtanio (Komdigi), Rindy selaku Ketua Tim Pengawasan Kepatuhan Ruang Digital Kementerian Komunikasi dan Digital, Eko Ariefianto selaku Kepala Pusat Sertifikasi Teknologi Keamanan Siber dan Sandi Negara (BSSN), serta Andrew Wilinata, Account Manager Huawei Cloud Indonesia. Diskusi ini menyoroti pentingnya tata kelola data dan keamanan siber sebagai pilar utama kepercayaan publik dalam penerapan AI nasional.

Acara hari kedua kemudian ditutup dengan Closing Remarks oleh Ketua Umum ABDI, Dr. Rudi Rusdiah, serta pembagian doorprize bagi peserta yang hadir. Dengan dukungan lembaga seperti Komdigi, BSSN, BNSP, Unhan RI, Bank Indonesia, CISSReC, Unnur Bandung, Kemenkes, ACYA, Satu Data Indonesia, Mastel, Kadin, Hipkasi, PT.Micronics, PT. Accessindo dan berbagai sponsor seperti BCA, Huawei Indonesia, Dell Technologies, Nutanix, JBL, Simply Wellness Indonesia, Edge-Core Networks, 28byte dan Adakom serta media partner nasional TVRI News, TVRI World, MetroTV, Komite.id. ABDI terus berkomitmen menjadi wadah sinergi dan inovasi menuju Indonesia yang siap bersaing dalam revolusi NextGen AI.

NEXTGEN AI Summit & Expo 2025 Resmi Digelar ABDI : Dorong Indonesia Menuju Era AI Revolution Gen AI, Agentic AI, dan Robotics AI

Jakarta, Selasa, 28 Oktober  2025  Asosiasi Big Data & AI (ABDI) bersama INTI, resmi menyelenggarakan NEXTGEN AI Summit & Expo 2025 di JIExpo KemayoranJakarta. Acara bergengsi ini mengusung tema besar “Secure, Trusted Relevant Data Set with AI Factory Infrastructure: Entering AI Revolution Gen AI, Agentic AI & Physical Robotics AI”.

Summit ini digelar dalam rangka mendukung misi besar Indonesia menuju Indonesia Emas 2045, dengan memperkuat ekosistem kecerdasan buatan (AI), Data Terpercaya, serta infrastruktur Cyber & Digital Nasional.  ABDI sukses menyelenggarakan NEXTGEN AI berkat dukungan Bank BCA, Huawei Indonesia, Abraham Rudy (PSMTI – Simply Wellness), Nutanix Indonesia, Dell Indonesia.

28 Oktober, Hampir seabad, tepatnya 97 tahun yang lalu, pemuda-pemudi dari seluruh penjuru nusantara berikrar untuk satu visi: satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Mereka adalah innovator dan disruptor pada zamannya, yang berani memimpikan sebuah Indonesia yang bersatu.

Kini, semangat itu kita warisi dalam Summit ini pada era Digital dan AI dengan memperingati Hari Sumpah Pemuda. Di era digital ini, kita adalah pemuda-pemudi masa kini yang memegang obor estafet Sumpah Pemuda. Jika dulu mereka bersatu untuk kemerdekaan politik, kini tugas kita adalah bersatu untuk kedaulatan data, kemandirian teknologi, dan kemajuan AI bagi bangsa.

Mari kita jadikan semangat Sumpah Pemuda sebagai api yang membakar inovasi kita di summit ABDI, 28 Oktober 2025 dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan, Indonesia Raya.

Kegiatan ini akan berlangsung selama dua hari, Selasa, 28 Oktober 2025 (Day 1) dan Kamis,30 Oktober 2025 (Day 2), menghadirkan jajaran lebih dari 24  pembicara nasional maupun internasional, mulai dari pejabat pemerintah, pimpinan industri, akademisi, hingga praktisi teknologi.

Hari pertama NEXTGEN AI Summit & Expo 2025 menghadirkan sejumlah tokoh penting dari pemerintah, industri, hingga akademisi. Acara dibuka dengan Opening Remar dari Dr. Rudi Rusdiah, MA, Chairman ABDI. Sesi utama diawali dengan keynote ministerial oleh Dini Maghfira, Ph.DExecutive Director Satu Data Indonesia/ Bappenas. Dr. Ir. Ismail, MT, Sekretaris Jenderal, diwakili Oki Suryowahono Kepala Pusat Kebijakan Strategis, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).

Opening Ceremony DataSecurAI Summit

Acara dilanjutkan dengan Opening Ceremony Summit DataSecurAI oleh TVRI, serta sesi High Level Keynote dari Ferdinan MarlimSenior Vice President IT Security Group BCA, yang menegaskan komitmen dunia perbankan terhadap keamanan data dan penerapan trusted AI system. Bank BCA, Bank Swasta Terbesar di Indonesia pendukung Summit ABDI 2025 hingga mencapai sukses dan terbesar untuk bidang AI, CyberSecurity dan Big Data.

Soft Launching Book 2025

Momentum penting di Day 1 adalah Soft Launching Buku ABDI 2025, yang diliput secara khusus oleh TVRI. Hadir sebagian Para Penulis, Author, CoAuthor dari 38 Penulis dari 5 Negara Amerika Serikat, Taiwan, India, Australia pada Day 1, 28 Oct 2025 dan Day 2, 30 Oct 2025, dimana Penulis dari Luar Negeri mengikuti acara Soft Launching melalui Online Zoom.Kegiatan ini menandai langkah nyata ABDI dalam memperkuat jejaring pengetahuan dan kolaborasi nasional di bidang Big Data & AI.

Arief Pribadi, Technical Director Nutanix Indonesia. Fardy Umar, Solution Architect Dell Technologies. Filiangisih Hendarta, Deputi Gubernur Bank Indonesia. Dr. Pratama PersadhaChairman CISSReC.

Sesi Terakhir acara Diskusi dan Q&A oleh, Adhitya Bhaswara Ph.d, Vice President Data Management BCA. Sahdam Husen, Sr System Engineer Nutanix Indonesia. Fardy Umar, Solution Architect Dell Technologies. Suwardiman, S.Kom., M.Kom, Founder & CEO 28byte (PT Indobyte Solusi Digital Teknologi). Juga hadir Bapak Bernardus Satriyo Dharmanto,  Direktur Teknik LPP TVRI.

“Acara ini bukan hanya menjadi ajang berbagi ilmu, tetapi juga momentum penting untuk menyatukan visi nasional dalam membangun ekosistem AI yang aman, inklusif, dan relevan dengan kepentingan bangsa. ABDI berkomitmen menjadi jembatan antara pemerintah, industri, dan akademisi untuk mendorong Indonesia menjadi pemimpin AI di kawasan,” ujar Dr. Rudi Rusdiah, MA, Chairman ABDI.

NEXTGEN AI Summit & Expo 2025 mendapat dukungan dari berbagai mitra strategis, termasuk BCA, Nutanix, Dell Technologies,  Huawei Indonesia, Adakom, Simply Wellness Indonesia, ACYAEdge-Core Networks, JBL, 28byte, Komdigi, BSSN, Unhan RI, BNSP, Bank Indonesia, Satu Data Indonesia, Universitas Nurtanio (Unnur) Bandung, Kemenkes, CISSReC, Mastel, Kadin, Hipkasi, PT.Micronics, PT. Accessindo serta media partner nasional TVRI News, TVRI World, MetroTV, Komite.id. 

Acara ini menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk membangun ekosistem AI yang aman, terpercaya, dan berkelanjutan, serta memperkuat sinergi antara pemerintah, industri, akademisi, dan komunitas. Melalui inisiatif ini, ABDI dan mitra strategis menegaskan komitmen mendukung Indonesia menjadi pemimpin dalam transformasi digital dan kecerdasan buatan di Asia Tenggara.